Teori Perkembangan Kognitif (Jean Peaget)

Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan  pengetahuan (Neisser, 1976).
Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan mental yang bertujuan untuk:
1) Memisahkan kenyataan yang sebenarnya dangan berfantasi.
2) Menjelajah kenyataan dan menemukan hukum-hukumnya.
3) Memilih kenyataan-kenyataan yang berguna bagi kehidupan.
4) Menentukan kenyataan yang sesungguhnya dibalik sesuatu yang nampak.

Seorang pakar yang banyak memberikan kontribusi bagi pengkajian perkembangan kognitif ialah Jean Peaget seorang pakar biologi dari Swiss. Menurut Peaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses di mana kemajuan individu melalui suatu rangkaian yang secara kualitatif berbeda dalam berfikir. Hal yang diperoleh dalam satu peringkat akan merupakan dasar bagi peringkat selanjutnya. Paget memandang bahwa kognitif merupakan hasil dari pembentukan adaptasi biologis yang terbentuk melalui interaksi yang konstans antara indivdu dan lingkungannya dan terjadi dua proses yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi ialah proses penataan segala sesuatu yang ada dilingkungan sehingga dikenal oleh individu. Dan adaptasi adalah proses terjadinya penyesuaian antara individu dengan lingkungan, yang terjadi dalam dua bentuk yaitu asimilasi (proses menerima dan mengubah apa yang diterima dari lingkungan) dan akomodasi (proses individu mengubah dirinya agar berkesesuaian dengan apa yang diterima dari lingkungannya). Disampimg itu interaksi dengan lingkungan dikendalikan oleh adanya prinsip keseimbangan yaitu upaya individu agar memperoleh keadaan seimbang antara keadaan dirinya dengan tuntutan yang datang dari lingkungan.
Untuk memperlancar uraian ini, terlebih dahulu akan penyusun sajikan istilah-istilah khusus dan arti-artinya yang berhubungan dengan proses perkembangan kognitif anak versi Piaget tersebut.

  1. Sensory-motor schema (skema sensori-motor), ialah sebuah atau serangkaian perilaku terbuka yang tersusun secara sistematis untuk merespon lingkungan (barang, orang, keadaan, kejadian)
  2. Cognitive schema (skema kognitif), ialah perilaku tertutup berupa tatanan langkah-langkah kognitif (operations) yang berfungsi memehami apa yang tersirat atau menyimpulkan lungkungan yang direspons.
  3. Object permanance (ketetapan benda), yakni anggapan bahwa sebuah benda akan tetap ada walaupun sudah ditinggalkan atau tidak dilihat lagi.
  4. Assimilitation (asimilasi), yakni proses aktif dalam menggunakan skema yang cocok dengan lingkungan yang direspons.
  5. Equilibrium (ekuilibrium), yakni keseimbangan antara skema yang digunakan dengan lingkungan yang direspons sebagai hasil ketepatan akomodasi.


Perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi hingga dewasa, yang berlangsung melalui empat peringkat, yaitu:
1) Peringkat sensori-motor (0-1,5 tahun)
Selama perkembangan dalam periode sensor-motor yang berlangsung sejak anak lahir sempai usia 1,5 tahun, itelegensi yang dimilki anak tersebut masih berbentuk primitif dalam arti masih didasarkan pada perilaku terbuka. Meskipun primitif dan terkesan tidak penting, intelegensi sensor-motor sesungguhnya merupakan inteligensi dasar yang amat berarti karena ia menjadi fondasi untuk tipe-tipe inteligensi tertentu yang akan dimilki anak tersebut kelak.
Aktivitas kognitif berpusat pada aspek alat dria (sensori) dan gerak (motor) artinya, dalam peringkat ini anak hanya mampu melakukan pengenalan lingkungan dengan melalui alat drianya dan pergerakannya. Keadaan ini merupakan dasar bagi perkembangan kognitif selanjutnya. Aktivitas sensori motor terbentuk melalui proses penyesuaian struktur fisik sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.

2) Peringkat pre-operational (1,5-6 Tahun)
Periode perkembangan kognitif pra-operasional terjadi dalam diri anak ketika berumur 1,5 sampai 6 tahun. Perkembangan ini bermula pada saat anak telah memiliki penguasaan sempurna mengenai object permanence. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan “tetap eksisnya” suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan, atau sudah tak dilihat dan tak didengar lagi. Jadi, eksistensi benda tersebut berbeda dengan periode sensor-motor, tidak lagi bergantung pada pengamatan belaka.
Tahap ini anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam menghadapi berbagai hal diluar dirinya. Aktivitas berfikirnya belum mempunyai sistem yang terorganisasikan. Cara berfikir anak pada peringkat ini ditandai dengan ciri-ciri:

  • Transductive reasoning, yaitu cara berfikir tidak logis.
  • Ketidakjelasan hubungan sebab akibat.
  • Animism, yaitu mengenggap semua benda hidup seperti dirinya.
  • Artificiaiism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu dilingkungan mempunyai jiwa seperti manusia.
  • Perpectually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang ia lihat atau dengar.
  • Mental experiment, yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapinya.
  • Certration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada suatu ciri yang paling menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya.
  • Egocentrism, yaitu anak melihat dunia lingkungannya menurut kehendaknya sendiri.


3) Peringkat concrete operational (6-12 Tahun)
Dalam tahap ini anak telah dapat membuat pemikiran tentang situasi atau hal konkrit secara logis. Terdapat tiga konsep dalam peringkat ini yaitu:

  • Konsep klasifikasi, ialah kecakapan anak untuk melihat secara logis persamaan-persamaan suatu kelompok objek dan memilihnya berdasarkan ciri-ciri yang sama.
  • Konsep hubungan, yaitu kematangan anak memahami hubungan antara suatu perkara dengan perkara lainnya.
  • Konsep kuantitas, yaitu kesadaran anak bahwa suatu kuantitas akan tetap sama meskipun bentuk fisiknya berubah asalkan tidak ditambahkan atau dikurangi.

4) Peringkat formal operational (12 tahun ke atas)
Dalam tahap ini perkembangan kognitif ditandai dengan kemampuan individu untuk berfikir secara hipotesis dan berbeda dengan fakta, memahami konsep abstrak, dan mempertimbangkan kemungkinan cakupan yang luas dari perkara yang sempit. Perkembangan kognitif pada peringkat ini merupakan ciri perkembangan remaja dan dewasa yang menuju ke arah proses berfikir dalam peringkat yang lebih tinggi yang sangat diperlukan dalam pemecahan masalah.
Proses pembelajaran akan berhasil apabila disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa. Siswa hendaknya banyak diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditujang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan pada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan dan secara aktif mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Paget dalam pengajaran antara lain:

  • Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu, guru hendaknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
  • Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu agar anak dapat  berinteraksi dengan lingkungan dengan sebaik-baiknya.
  • Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
  • Beri peluang agar anak belajar sesuai dengan peringkat perkembangannya.
  • Di dalam kelas anak-anak hendaknya dapat diberi peluang untuk saling berbicara dengan teman-temannya dan saling berinteraksi


Pustaka.
Surya, Mohamad. 1994. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran.
Universitas Brunei Darussalam.


0 Komentar untuk "Teori Perkembangan Kognitif (Jean Peaget)"

Back To Top