Nilai Pendidikan Rekreasi Bagi Masyarakat | Pendidikan Rekreasi

Pendidikan rekreasi merupakan proses pendidikan. Rekreasi bagi masyarakat memiliki nilai karena tujuannya bersifat mendidik. Dalam pelaksanaannya, kegiatan rekreasi digunakan sebagai wahana atau pengalaman belajar. Melalui pengalaman belajar inilah, maka siswa sebagai peserta didik akan tumbuh dan berkembang guna mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan rekreasi adalah proses melalui kegiatan rekreasi dan sekaligus pula sebagai proses ajar untuk menguasai aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Istilah lain dari pendidikan rekreasi adalah pendidikan waktu luang. Waktu luang adalah waktu di mana orang bebas dari pekerjaan rutin.
Manusia adalah makhluk sosial dan bermoral yang sejak dari lahir hingga mati selalu dikelilingi oleh manusia-manusia lain.
Seorang manusia tidak dapat menghindarkan diri dari orang-orang lain, kecuali jika dia ingin memisahkan diri dengan sengaja (mengisolasi diri) dengan tinggal disuatu tempat yang sangat terpencil, jauh dari pergaulan masyarakat.
Oleh karena itu, sesuai dengan kodratnya, setiap individu dalam masyarakat tidak dapat lepas sama sekali dari tingkat ketergantungannya. Bahkan sering kali terjadi adanya intervensi budaya dan kebiasaan hidup masyarakat ke dalam kehidupan seseorang. Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa sosialnya secara individu di dalam masyarakat. Padahal kehidupan bermasyarakat merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia/individu, lebih-lebih di dalam kehidupan masyarakat modern dewasa ini. Sedangkan pergaulan dalam masyarakat itu sendiri dapat menumbukan rasa kemanusiaan dalam diri setiap individu. Namun demikian, perkembangan ke arah nilai-nilai positif sangat erat hubungannya dengan situasi dan kondisi lingkungan masyarakat tempat seseorang hidup dan dengan siapa dia bekerja, belajar, dan bermain.
Beberapa nilai pendidikan rekreasi bagi masyarakat diantaranya mencakup.

1. Nilai Hubungan Sosial
Untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya sifat mementingkan diri dalam diri seseorang di masyarakat, dibutuhkan rekreasi. Upaya ini dimaksudkan untuk membangkitkan kembali semangat kerja sama antar individu dalam masyarakat serta memupuknya. Hal ini perlu agar, sejauh mungkin, dapat menangkal pengaruh negatif dari gejala perpecahan, dalam hampir semua aspek kehidupan seseorang dalam masyarakat modern. Masalah sosial tersebut disebabkan oleh pengaruh teknologi, automatisasi, spesialisasi dan atau sejenisnya. Segala pengaruh tersebut dapat mendorong ke arah tumbuh dan berkembangnya jiwa egosentris.
Menanggapi hal ini, beberapa ahli rekreasi berpendapat bahwa rekreasi tampaknya mempunyai potensi dan kemampuan untuk menjadi penangkal dan berfungsi sebagai salah satu jalan keluar guna mangatasi masalah-masalah yang timbul, yang dapat merugikan dan mengganggu ketentraman hidup masyarakat, lebih-lebih masyarakat modern, seperti dewasa ini. Alasannya adalah bahwa pada hakikatnya pergaulan itu dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, baik yang formil, misalnya ditempat kerja, rapat-rapat resmi, seminar, lokakarya dan sejenisnya, maupun dalam pertemuan-pertemuan sosial dan sebagainya.
Dalam pergaulan ini, akan terjadi peristiwa serta proses asimilasi atau perpaduan nilai-nilai atau pun ide-ide, serta berbagai pandangan dalam kelompok. Adanya unsur-unsur ide-ide, serta berbagai pandangan dalam kelompok. Adanya unsur-unsur saling memberi dan menerima akan berpengaruh terhadap perkembangan pribadi bagi setiap individu dalam kelompoknya. Tumbuhnya tenggang rasa merupakan hasil pengorbanan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompok, yang menjadi modal utama bagi tumbuhnya jiwa kerja sama dalam masyarakat. Hal ini perlu dibina dan dikembangkan.
Lebih lanjut, ahli rekreasi berpendapat bahwa suasana pergaulan yang sehat dan relaks perlu diciptakan. Keadaan ini merupakan ladang yang subur bagi tumbuhnya semangat dan jiwa kerjasama setiap individu dalam masyarakat. Pergaulan semacam ini biasanya terjadi dalam pertemuan-pertemuan tidak resmi, misalnya pertemuan atau kegiatan sosial seperti kerja bakti, arisan, atau sejenisnya yang bersifat rekreatif.
Perlu diketahui bahwa semangat kerjasama merupakan salah satu unsur yang dapat dijumpai dalam kegiatan rekreasi. Hal ini sesuai dengan sifatnya yang fleksibel, dalam bentuk kegiatan yang bersifat individual ataupun berkelompok. Dalam kegiatan berkelompok inilah, jiwa kerja sama setiap individu dalam kelompoknya dapat dipupuk dengan sebaik-baiknya. Semangat kerjasama ini biasanya didahului dengan timbulnya perasaan mempunyai kepentingan dan kebutuhan bersama.
Oleh sebab itu,untuk memupuk dan mengembangkan semangat kerja dalam masyarakat, kiranya rekreasi dapat memberikan bantuan yang sangat berarti dalam usaha menangkal tumbuhnya jiwa egosentris dalam diri seseorang yang dapat membawa dampak kurang menguntungkan bagi kehidupan masyarakat pada umumnya dan individu pada khususnya, baik di masa sekarang maupun yang akan datang (Buttler, 1968: Meyer, 1964: Bucher, 1984).

2. Nilai Kesejahteraan dalam Masyarakat
Nilai kesejahteraan sosial dalam masyarakat lebih difokuskan kepada kehidupan yang sehat jasmani dan rohani, tenteram dan damai, serta hubungan yang harmonis dalam kehidupan masyarakat.
Seperti diketahui, dalam masyarakat yang majemuk baik dalam hal latar belakang pendidikan, status sosial ekonomi maupun mental, berbagai kemungkinan yang sifatnya negatif dapat berkembang dengan mudah dan cepat, misalnya rasa saling mencurigai antar sesama anggota masyarakat, saling membenci karena perbedaan suku, agama, dan ras, serta hal-hal lainnya yang dapat menimbulkan konflik dalam masyarakat. Keadaan semacam ini akan dapat mengakibatkan terganggunya ketentraman dan kedamaian dalam masyarakat yang dapat menjurus ke arah “ketidakteraturan” dalam kehidupan masyarakat.
Penyebab utama terjadinya kesulitan untuk menyadarkan anggota akan kepentingan usaha menciptakan ketentraman dan kedamaian dalam masyarakat bersama-sama adalah karena terjadinya perpecahan dalam masyarakat sebagai akibat pengaruh kemajuan teknologi. Bagaimanapun, perbedaan kepentingan dan minat setiap individu dalam masyarakat, dapat menjadi racun yang membahayakan sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Oleh karenanya, dengan adanya program kegiatan, kemungkinan timbulnya sifat-sifat destruktif di dalam masyarakat, dapat dicegah atau paling tidak, dapat dikembangkan. Sebab melalui rekreasi sifat-sifat yang kontruktif akan dapat dikembangkan, sebab melalui rekreasi sifat-sifat merasa lebih dapat dihilangkan, sedikit demi sedikit. Begitu juga rasa rendah diri. Selain itu, kesehatan jasmani dan rohani dapat ditingkatkan dan rasa saling menghormati dapat dikembangkan dengan baik.
Faktor-faktor semacam inilah yang dapat membantu terciptanya suasana yang harmonis, tentram dan damai dalam kehidupan masyarakat, sehingga tercapai kesejahteraan dalam arti luas dalam masyarakat, bukan hanya dari segi materi atau keadaan (Butler, 1968: Neyer, 1964: Bucher: 1984).

3. Nilai Pencegahan Terhadap Timbulnya Vandalisme
Sifat merusak sangat merugikan perkembangan dunia rekreasi khususnya, dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Vandalisme dapat terjadi di mana-mana. Sifat merusak ini sangat mengganggu sendi-sendi masayarakat dan mengganggu keseimbangan lingkungan, sebab sifat yang demikian ini, dapat menjurus ke arah kriminalitas.
Jelas, hal ini memberikan dampak yang tidak menguntungkan terhadap kehidupan masyarakat baik dikota-kota besar maupun kecil pada umumnya dan perkembangan rekreasi pada khususnya. Demikian juga kehidupan dalam keluarga, suasana kerja dikantor atau ditempat lain, tempat-tempat hiburan, dan lain-lain tempat, menjadi tidak aman serta menimbulkan dalam rasa khawatir atau resah. Kriminalitas seolah-oleh dapat mendikte kegiatan kita sehari-hari, misalnya dengan siapa kita bermain, bekerja kapan mengunjungi tempat-tempat hiburan, bagaimana caranya dan sebagainya. Hal ini mengakibatkan, kemanapun kita pergi atau dimanapun kita tinggal, selalu diliputi perasaan was-was, khawatir dan takut. Rasa takut atau khawatir kehilangan harta benda miliknya baik di rumah, tempat kerja atau lebih-lebih ditempat-tempat hiburan, atau di taman rekreasi, dan sejenisnya akan menyebabkan seseorang selalu merasa tidak tentram sepanjang waktu.
Situasi yang demikian ini menyebabkan orang enggan untuk berpergian, terutama jika harus menggunakan jasa angkutan umum, walaupun jaraknya tidak begitu jauh. Sudah barang tentu, keadaan semacam ini mempunyai pengaruh yang serius, dalam arti kurang baik, terhadap sikap seseorang dan pandangan hidupnya, kebiasaan hidup, penididikan juga situasi ekonomi, politik, dan kesehatan serta keamanan. Akibat lebih jauh lagi, hal ini dapat mengganggu atau menimbulkan situasi yang lebih dalam kehidupan masyarakat.
Walaupun rekreasi tidak dapat sepenuhnya menghilangkan sifat merusak (destruktif) seseorang, tetapi setidak-tidaknya rekreasi dapat memberikan sumbangan untuk mengurangi sebanyak mungkin dan mencegah berkembangnya sifat destruktif tersebut. Oleh sebab itu, kegiatan rekreasi hendaknya melibatkan anggota masyarakat, terutama mereka yang tampak berminat dalam kegiatan rekreasi. Untuk itu, jalan yang dipandang paling baik adalah dengan dimulainya rekreasi dalam keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil. Dengan demikian, pertumbuhan seseorang sejak dari rumah, selalu diliputi suasana yang sehat, lebih-lebih jika ada contoh yang baik, terutama dari orang-orang yang lebih dewasa dalam keluarga tersebut.
Media baik lainnya untuk membina kebiasaan berekreasi adalah sekolah. Perbedaan kepentingan kesenangan, keinginan, minat, status sosial ekonomi, dan lain-lain di sekolah dapat menimbulkan sifat merasa lebih di satu pihak atau rasa rendah diri di lain pihak. Oleh karena itu, melalui partisipasi dalam kegiatan rekreasi, gejala-gejala semacam itu, seperti merasa dirinya super, sombong, rendah diri, dan lain-lain, akan dapat dicegah, dan sebaliknya, sifat-sifat yang positif serta konstruktif dapat dibina.
Kedua media di atas akan sangat membantu berhasilnya program rekreasi dalam masyarakat yang majemuk. Untuk mencapai hal ini, diperlukan adanya kerjasama yang baik dan rapi antara beberapa pihak, antara lain orang tua, sekolah, serta masyarakat umum (Butler, 1968: Meyer, 1964: Bucher, 1984).

pustaka
------------------------
0 Komentar untuk "Nilai Pendidikan Rekreasi Bagi Masyarakat | Pendidikan Rekreasi"

Back To Top