Pengajaran pengetahuan dan mnemonic

Pengertian pada dasarnya adalah kemampuan pokok yang harus dimilki setiap orang. Dengan pengetahuan yang ada seseorang dapat membangun keterampilan berfikir yang lebih lanjut. Oleh karena itu, tanpa memilki pengetahuan maka akan sulit bagi seseorang untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Dalam bukunya yang terkenal berjudul Taxonomy of Educational Objectives, Bloom (1956: 62-78) mengemukakan bahwa “pengetahuan adalah sesuatu yang dilakukan dengan cara mengingat atau memenggil kembali apa yang sudah ada dalam memori seseorang tentang suatu pokok pikiran, materi atau fenomena”. Selanjutnya Bloom mengatakan bahwa pengetahuan terdiri atas pengetahuan istilah: tentang fakta, tentang cara untuk berhubungan dengan sesuatu, tentang ide, skema, proses, prosedur dan pola.
Pengetahuan tentang istilah adalah pengetahuan tenang lambang-lambang khusus baik yang sifatnya verbal maupun bukan verbal. Termasuk dalam pengertian istilah ini adalah konsep yang digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Seorang siswa yang belajar ilmu-ilmu sosial tidak mungkin melepaskan dirinya dari keragaman istilah yang ada. Bahkan dapat dikatakan bahwa ilmu-ilmu sosial sangat kaya dengan istilah. Ada istilah sama tapi artinya berbeda dan ada istilah yang berbeda tapi artinya sama. Apa yang siswa dengar, baca, lihat disimpan dalam memori atau ingatan. Pada waktu diperlukan, istilah itu dipanggil kembali sebagaimana adanya tidak dirumuskan dalam kalimat yang berbeda tapi sebagaimana adanya tidak dirumuskan dalam kalimat yang berbeda tapi sebagaimana adanya. Siswa yang mengingat dan menghapal pancasila ia akan mengemukakan kembali pancasila sebagaimana adanya. Ia tidak akan mengubah urutan ataupun kata-kata yang terdapat di dalamnya.
Hal yang sama berlaku untuk pengetahuan tentang fakta. Seorang siswa yang diminta untuk menyebutkan tahun proklamasi kemerdekaan RI harus dapat menyebutkan dengan tepat. Ia akan dinyatakan keliru kalau menyebutkan tahun proklamasi kemerdekaan RI adalah tahun 1946 walaupun perbedaannya hanya satu tahun. Oleh karena itu, pengetahuan tentang fakta harus dimilki siswa secara benar.
Pengetahuan tentang cara untuk berhubungan dengan sesuatu terdiri atas pengetahuan tentang langkah-langkah untuk suatu kegiatan inkuiti, urutan kronologis, cara mengemukakan pokok pikiran, menyusun suatu karya ilmiah, kecenderungan, klasifikasi, kategori, kriteria dan metodologi.
Pengetahuan ini penting bagi mereka untuk dapat melakukan sesuatu. Tanpa pengetahuan ini maka ia sukar mempertanggungjawabkan apa yang sedang atau akan dilakukannya. Seorang siswa yang tidak tahu tentang cara melakukan wawancara maka tidak mungkin ia dapat melakukan wawancara dengan baik.
Demikian pula halnya denagn seseorang yang tidak tahu prosedur pengumpulan data melalui observasi, pengetahuan mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu diskusi akan sangat sulit untuk dapat melakukannya dengan benar. Dalam hal di atas harus diakui bahwa siswa yang bersangkutan belum dapat dikatakan mampu untuk berbuat berdasarkan apa yang diketahuinya.
Seperti telah dikemukakan, pengetahuan lain ialah pengetahuan tentang prinsip, generalisasi, teori dan juga struktur. Pada dasarnya pengetahuan ini memerlukan kegiatan memori yang sama apa yang telah dikemukakan di atas. Pengetahuan tentang prinsip menurut kemampuan menyimpan dan memanggil kembali prinsip yang dipelajari sehingga ia dapat digunakan pada waktu diperlukan. Sama halnya dengan pengetahuan tentang teori dan juga tentang struktur. Pengetahuan tersebut sangat diperlukan sebagai sesuatu yang mendasar untuk pengembangan kemampuan berfikir.
Suatu hal yang perlu diketahui ialah apa yang telah diteliti banyak orang dalam hal memori. Penelitian menunjukan bahwa ingatan mengenai sesuatu yang tidak punya hubungan dengan lainnya akan segera lepas dari memori. Dalam waktu singkat pengetahuan baru itu sudah hilang dalam wilayah tak terkendali, maka pengetahuan baru itu akan sukar dipanggil kembali. Artinya, suatu ingatan tentang fakta, prosedur, dan teori tersebut tidak memilki keterkaitan dengan sesuatu yang menjadi milik orang yang bersangkutan.
Dalam belajar bermakna Ausubel dan Robinson (1969) mengemukakan ada tiga jenjang yaitu kebermaknaan dalam logika, jenjang potensi kebermaknaan dan belajar bermakna. Dalam ketiga jenjang itu ada kondisi yang harus dipenuhi yaitu adanya keterhubungan antara apa yang akan dipelajari dengan apa yang sudah dimiliki seseorang. Belajar bermakna baru terjadi apabila dua jenjang terdahulu telah dicapai. Dalam setiap jenjang terdapat dua kondisi yaitu apa yang sudah ada pada struktur kognitif seseorang dan sifat materi yang dipelajari. Keterhubungan antara keduanya yang menentukan keberhasilan belajar bermakna. Untuk itu Ausubel dan Robinson (1969:55), mengemukakan gambar (gambar 1)
Suatu hal yang perlu diperhatikan dari ketiga jenjang yang dkemukakan dalam gambar tersebut adalah kata kunci keterhubungan (relatdness). Konsep berhubungan adalah dasar dari teori yang dikemukakan Ausubel dan Robinson (1969). Sesuatu hanya mungkin terjadi dengan baik apabila adanya keterkaitan antara apa yang sudah ada dengan apa yang akan dipelajari.

Pengajaran pengetahuan dan mnemonic

Tanpa adanya keterhubungan maka belajar memang akan sulit atau bahkan dapat dikatakan tak mungkin. Sesuatu yang mengawang-awang tanpa adanya kaitan dengan pengalaman nyata seseorang adalah sangat sulit dipahami. Tanpa keterkaitan itu juga ingatan hanya akan terbatas dalam jumlah dan waktu. Apa yang dapat diingat dan beberapa lama sesuatu itu diingat sangat dipengaruhi sifat keterhubungan yang terjalin antara apa yang ada pada memori seseorang dengan apa yang harus diingatnya.
Dalam gambar 1 di atas terlihat bahwa ada kondisi struktur, kognitif, dan sifat materi yang dipelajari sangat menentukan apakah proses belajar bermakna akan terjadi atau tidak. Materi yang akan dipelajari haruslah memiliki keterhubungan dengan kebermaknaan logis.

Menurut Ausubel bahwa sesuatu itu akan menjadi belajar yang busuk atau tidak bermakna apabila ketiga hal yang tercantum pada jenjang terakhir diagram di atas tidak memiliki seseorang yakni:
a. Bahwa yang dipelajari tidak memiliki kebermaknaan logika,
b. Siswa kekurangan ide-ide yang relevan dalam struktur kognitifnya, 
c. Siswa yang bersangkutan kekurangan satuan belajar bermakna.
Belajar secara mnemonic adalah nama lain dari belajar dengan jembatan keledai. Belajar cara ini memanfaatkan makna keterhubungan antara apa yang mudah dipahami dengan sesuatu yang dipelajari. Sebagai contoh adalah orang belajar tentang urutan jenjang kognitif yang dikemukakan Bloom dan kawan-kawannya adalah jauh lebih sulit mengingat jenjang apa yang paling bawah dan apa yang di atasnya.
Jenjang kognitif Bloom dan kawan-kawannya itu akan mudah tahan lama dalam ingatan apabila digunakan pendekatan mnemonic. Satu model pendekatan mnemonic adalah memanfaatkan huruf per huruf disetiap jenjang. Untuk jenjang kognitif yang sedang dibicarakan ditemukan huruf i, p, a, a, s, dan e. Apabila pertama dirangkai meka akan diperoleh dua kata yang lebih memiliki arti yaitu IPA dan ASE. 
IPA adalah singkatan untuk:
I  (Ingatan)
P (Pemahaman)
A (Aplikasi)

ASE adalah singkatan untuk:
A (Analisis)
S (Sintesis)
E (Evaluasi)

IPA dapat mudah dikenal dengan adanya mata pelajaran IPA, sedangkan ASE dapat dikenal sebagai orang, atau sebagai suara bahasa Indonesia untuk AC (Air Conditioner).

Pustaka

0 Komentar untuk "Pengajaran pengetahuan dan mnemonic"

Back To Top